Rembulan di hati Ifa (2)
"Kakak pulang!.. kakak pulang!!"
Sepasang kaki kecil tak beralas kaki berlari tertatih menyongsong Ifa. Tanpa terasa, ia sudah sampai di gang depan rumahnya. Si kecil Husna menyambutnya, dan bergayut manja di lengan Ifa.
Sejenak berat tubuh si kecil terasa seperti menarik dirinya ke dasar bumi, membawanya ke saat ini dan mengingatkannya pada setumpuk tugas yang menanti di dalam rumah nanti.
Hampir saja Ifa menghardik, tapi wajah kecil bersaput debu itu menatapnya sambil tersenyum. Hatinya luluh. Biar bagaimanapun, Husna selalu jadi bunga di hatinya. Walau sesekali, ketika ia benar-benar lelah dan ingin sendiri, ia marah dan mengelakkan pelukan si kecil, tapi saat ini, ketika hati Ifa terasa sunyi dan berat, pelukan itu seperti sebuah kekuatan. Ifa tahu ia membutuhkan Husna, lebih dari kapanpun.
"Main apa sayang?" tanyanya lembut sambil mengangkat tubuh si kecil. Kaki Husna menapakkan debu di atas rok merahnya, tapi Ifa tak peduli.
Sepasang kaki kecil tak beralas kaki berlari tertatih menyongsong Ifa. Tanpa terasa, ia sudah sampai di gang depan rumahnya. Si kecil Husna menyambutnya, dan bergayut manja di lengan Ifa.
Sejenak berat tubuh si kecil terasa seperti menarik dirinya ke dasar bumi, membawanya ke saat ini dan mengingatkannya pada setumpuk tugas yang menanti di dalam rumah nanti.
Hampir saja Ifa menghardik, tapi wajah kecil bersaput debu itu menatapnya sambil tersenyum. Hatinya luluh. Biar bagaimanapun, Husna selalu jadi bunga di hatinya. Walau sesekali, ketika ia benar-benar lelah dan ingin sendiri, ia marah dan mengelakkan pelukan si kecil, tapi saat ini, ketika hati Ifa terasa sunyi dan berat, pelukan itu seperti sebuah kekuatan. Ifa tahu ia membutuhkan Husna, lebih dari kapanpun.
"Main apa sayang?" tanyanya lembut sambil mengangkat tubuh si kecil. Kaki Husna menapakkan debu di atas rok merahnya, tapi Ifa tak peduli.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home